Minggu, 29 Juli 2012

Masa Keemasan Bani Umayyah II


I. Pendahuluan

Ekspansi pasukan muslim ke semanjung Iberia, merupakan sebuah catatan penting bagi Islam. Semenjak Islam masuk ke Andalusia,[1] Islam memiliki peran yang sangat penting bagi Andalusia khususnya dunia Islam. Kondisi Andalusia (Spanyol) pada saat itu sangat memprihatinkan hal ini terlihat kondisi perebutan dan pertentangan-pertentangan antara satu raja, suku, kaum bangsawan dan agama pribumi.[2] Hal ini ada indikasi di gunakan oleh Islam untuk melakuakan perluasan.

Setelah Islam masuk di wilayah Andalusia dan di jadikan sebuah provinsi Islam. Dalam tahap ini Dr. Badri Yatim.M.A. dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, membagi beberapa tahapan (periode), yaitu; Periode Pertama (711-775), Perode kedua (755-912), Periode ketiga (912-1013), Periode keemapat (1013-1085), Periode kelima (1085-1248), Periode kenam (1248-1492).[3] Akan tetepi penulis hanya menyampaikan pada masa keemasan masa Bani Ummayyah II di Andalusia, yaitu pada masa Abdurrahman III (912), Hakam II (961-976 M),dan sekilas Hisyam II (976-1009 M). pemakalah hanya ingin menyampaikan tugasnya, mengenai masa ke-emasan Bani Ummayah II yang tertuju pada tiga tokoh saja ‘Abd al-Rahman III (912), hingga sampai pada Hisyam II (976-1009 M).

II. Isi

Perlu di catat bahwa kee-masan ini di ambil dari berbagai literature yang menyebutkan bahwa “kee-emasan bani Ummayah di Andalusia” tertuju pada tiga tokoh besar, walau sebenarnya pemakalah kurang begitu menyukai pembabagan ini. Akan tetapi ada beberapa pembabagan ke-emasan ini memang banyak di tuliskan dan banyak tertuju pada tiga tokoh besar. Yang semuanya itu terkenal sebagai khalifah dan bukan sebagai masa keamiran lagi. Hal ini terbukti adanya pengakuan ‘Abd al-Rahman III (912), yang memulai deklarasi kehalifah, dan dengan bukti yang lain: Pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan. ‘Abd Al-Rahman mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaan memiliki koleksi ratusan ribu buku. [4]

Tugas utama yang mesti di emban oleh para penerus ‘Abd al-Rahman I Ad-Dakhil adalah mengamankan wilayah , dan mencari penyelesaian bagi sejumlah persoalan pelik yang muncul karena adanya dua elmen penduduk, Kristen dan Muslim, juga mengatasi masalah kecemburuan sosial antara muslim Arab lama dan muslim Spanyol mualaf.[5]

A. Masa Abdurrahman III Al-Nasir (912 M)

Dalam pergantian tambuk kepemimpinan Bani Umayyah di Andalusia dari Abdullah (888 M) ke ‘Abd al-Rahman III (912), wilayahnya telah berkurang banyak yang tersisia hanya kota Kordova dan sekitarnya, meskipun demikian, amir muda itu berhasil membuktikan diri sebagai pahlawan pada zamanya. Ia memiliki keteguhan hati, keberanian dan kejujuran yang menjadi watak semua pemimpin di segala zaman. Pelan tapi pasti ‘Abd al-Rahman merebut kembali provinsi2yang hilang, satu demi satu.[6]

Perluasan wilayah

Semenjak ‘Abd al-Rahman III meletakan kekuasaan Daulah Bani Umayyah II di Andalusia, di mulai semenjak meninggalnya seorang penguasa Bani Abbasyiah di bagdad yang kematianya di bunuh oleh pengawalnya sendiri maka. Abdurahman III memproklamasikan khalifah dan Amirul mukminin. Bersamaan dengan itu ia pun memepertahankan gelar Al-Nashir. Pada masa Al-Nasir inilah Ummayyah II mencapai kemajuan yang pesat. Atau lebih dapat di katakana sebgai puncak kejayaan yang sebelumnya dan sesudahnya tercatat tidak bisa menandingi dan melebihi keemasanya. Masa keemasan ini bertahan hingga sampai pada masa kepemimpinan Hakam II al-Muntanshir.[7] Hal ini, di buktikan dengan adanya, masa-masa ‘Abd al-Rahman yang cukup panjang sarat dengan beberapa perestasi, diantaranya pembaharuan dan inovasi dalam bidang administrasi, yang memebuktikan kecakapan dan kecerdikanya. Diantara bukti-bukti keberhasilanya adalah pernyataan pada hari jum’at 16 Januari 929, bahwa setiap salat jamaah, dan dalam dokumen resmi, nama raja yang berkuasa semestinya disebut sebagai khalifah.[8] begitu pula, Ia dicatat sebagai orang yang telah membawa Spanyol muslim ke kedudukan lebih tinggi daripada yang di nikmati sebelumnya.

Dalam perbandinganya, hal tersebut di bandingkan dengan masa sebelumnya yaitu semasa dari keamiran “Muhammad I juga kedua putra sekaligus penerusnya Al-Mundzir (886-888 M) dan ‘Abdullah (888-912 M), yang meskipun lebih serius dan tidak begitu fanatik, amir-amir yang berkuasa saat itu tidak merepresentasikan tradisi terbaik dalam hal toleransi dan semangat, tradisi yang sering di kaitkan dengan pemerintahan Umayyah. Pemberontakan yang terjadi pada Kaum Muwallad dan kaum Mozarab, salah satu contoh pemberontakan yang di lakukan itu, dengan penegasan kemerdekaanya di bawah kekuasaan orang-orang Berber. Kebijakan yang di terapkan pada masa sebelum ‘Abd al-Rahman III, tercatat ada kemiripan antara tiga generasi dari Muhammad I, Al-Mundzir, dan ‘Abdullah, hal ini tercatat beberapa kasus contoh kurangnya keberhasilan dalam memeprtahankan daerah taklukan. [9]

Kondisi perluasan wilayah pada kepemimpinan ‘Abd al-Rahman III ini mendapatkan sebuah prestasi yang cukup baik. Dan perlu di garis bawahi pada masa sebelunya memang ada indikasi goncangan yang terjadi sebelum masa kekhalifahan ‘Abd al-Rahman III ini, yaitu; dengan adanya: merebut kembali provinsi-provinsi yang hilang. Diantaranya pencapaian tersebut; Ekiya merupakan kota yang pertama menyerah di peghujung 912 M, kota Elvira, kota Jean. Kota Arkidona, Seville, Regio, dan pengikut Ibnu Hafshun di gerogoti sedikit demi sedikit.

Diplomasi luar negeri dan kebijakan pemerintah Pembangunan dan arsitektur, Ekonomi

Perkembangan, tidak terletak pada perluasan wilayah dan kebijakan saja, setelah perluasan dan daerah taklukan semakin melebar ‘Abd al-Rahman III mencoba membangun ekonomi dan memberikan sebuah kebijak-kebijakan yang di ambil dalam memabngun Andalusia.

Dalam perkembangan bangunan arsitektur pada masa Abd al-Rahman III, mengalami kemajuan melekat pada,- Istana Khalifah pada saat itu adalah istana paling mewah di seluruh Eropa.[10] Disitu ada duta-duta yang di utus oleh kaisar Bizantium, juga duta dari raja-raja Jerman, Itali, dan Perancis. Pusat pemerintahanya, Kordova, dengan penduduk setengah juta jiwa, tujuh ratus masjid, dan tiga ratus pemandian umum, kebesaranya hanya di kalahkan oleh Baghdad dan Konstatinopel. Istana kerajaan, dengan empat ratus kamar, serta barisan rumah yang menapung ribuan budak dan pengawal, bediri di sebelah barat daya kota, tepat di salah satu jalur Sierra Morena, berhadapan dengan sungai Guadalquivir.[11]

Pada tahun 936 M, ‘Abd al-Rahman III mulai membangun sebuah Istana yang di beri nama “Al-Zahra’,”.[12] Yang menurut legenda adalah peninggalan dari salah satu gundiknya di sebutkan gagasan awalnya adalah memanfaatkan dana itu untuk menebus kaum muslim yang di tawan oleh pihak Kristen , dan karena tidak menemukan satu orang pun akhirnya dana tersebut di gunakan untuk membangun sebuah istana yang istana tersebut di namakan sama seperti gunidikya.[13]

Dalam strategi pembangunan ‘Abd al-Rahman III, tidak berhenti pada itu saja, strategi yang lain ‘Abd al-Rahman III, mengambil sebuah trobosan baru dalam pembangunan yaitu dengan memindahkan kota ibukota Andalusia dari Cordova ke sebuah pegunungan di Lereng Jabal Arus (Gunung Penganten).[14]Hal ini melihat bahwa: korta Cordova tidak cocok lagi menjadi ibukota Andalusia. karena terlalu padat, dengan penduduk setengah juta jiwa, gedung gedung yang lebih dari dari 1130.00 buah di samping 28 istana besar, 300 buah pemandian dan 3.000 buah masjd.karena itu kehalifahan ‘Abd al-Rahman III memilih satu tempat di Lereng Jabal Arus (Guung penganten) untuk membangun kota baru.[15]

Salah satu kunci kesuksesan menuju kesetabilan diantaranya; Ada campur tangan dari kelompok Janisari atau mamluknya – Spanyol ini, kekhalifaha tidak hanya sukses menekan pemberontakan dan perampokan akan tetapi juga mengurangi pengaruh kelas bangsawan Arab. Akibat lainya perdagangan dan pertanian berkembang pesat, dan sumber pendapatan Negara meningkat tajam. Penghasilan kerajaan mencapai 6.245.000 dinar, sepertiganya untuk angkatan bersenjata, sepertiga lagi untuk layanan, sedangkan sisanya di simpan dalam kas cadangan.[16]

Disisi lain, kebijakan ‘Abd al-Rahman membangun Angkatan bersenjata dan mengembangkan

Pekembagan pendidikan pada masa ‘Abd al-Rahman III mengalami kemajuan akan salah satunya yang tercatat dalam bidang sastra adalah; penulis yang paling terkenal dan ‘Abd Rabbihi (860-940) (Philip K hitti hal. 709)

B. Hakam II (961-976 M)

Sepeninggal ayahnya yaitu Abd Al-Rahmah III, ia menggantikan kepemimpinan khalifah pada periode selanjutnya. Al-Hakam II (961-976 M) adalah seorang ilmuan sekaligus khalifah penerus pada kepemimpinan Umayah di Andalusia, seperti para pendahulunya Hakam II, pada kepemimpinannya masih banyak pemberontakan dan peperangan, kondisi ini acap kali terulang-ulang saat pergantian kepemimpinan Umayyah di Andalusia. salah satu yang memberontak dan menggoyahkan pada periode ini adalah suku Navare, yang semula telah mengakui otoritasnya pemerintahan islam semasa Abd Al-Rahman III, berusaha melepaskan diri, serta suku leo yang ingin menginginkan melepaskan diri. Pada kelanjutanya dengan semangat kegigihan seorang Hakam dapat menaklukan kembali dan memeprtahankan kekuasaan kekhalifahan dari perpecahan; “hal ini diakui oleh yang lainya termasuk suku Berber di Maghrawa, mikanas, dan Zanate mengakui kepemimpinan Hakam”.[17]

Pendidikan, Diplomasi luarnegri dan kebijakan pemerintah Pembangunan dan arsitektur, Ekonomi.

Keberhasilan Hakam mempertahankan daerah kekuasaan dan mensetabilkan kembali. Selanjutnya ia pun menunjukan jati dirinya dalam gerakan pendidikan, ia mengunguli seluruh penguasa sebelumnya dalam kegiatan intlektual. Ia mengirimkan sejumlah utusan ke seluruh wilayah timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip, atau harus menyalinya sebuah buku tidak terbeli sekalipun dengan harga mahal, untuk di bawa ke Cordova. Dalam gerakan ini berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 400.000 buku dalam perpustakaan Negara di Cordova.[18]

Dalam hal kebijakan, Al-Hakam II tidak berhenti pada pendidikan dan dalam hal pertahanan saja, ia pun membangun perekonomian, dengan kebijakan membangun dibidang industri dan kerajinan, dalam perindustrian banyak yang di capai semasa ini, dari kerajinan seni pembuatan hiasan timbul pada kulit, juga kerajinan-kerajinan lain seperti tembikar wol, baja emas dll.[19]

Selin itu, pembangunan pun di lanjutkan; Dengan 130.000 rumah, 21 kota pinggiran 73 perpustakaan dan sejumlah besar toko buku, masjid dan istana, ibukota Ummayah mendapat populatitas internasional. Serta membangkitkan pesona dan kekaguman di hati para pelancong. Kota ini mempunyai jalan yang bermil-mil jalan yang rata yang di sinari dari rumah-rumah di pinggirnya.[20]Langkah ini di banrengi pula dengan adanya pembangunan perekonomian dan industri –industri, baik dari pertanian, kapal, senjata dan industri kulit.di samping itu memperbaiki system administrasi pemerintahan, yang bermunculan pada kelanjutanya adalah hubungan perekonomian baik dari dalam negri maupun luar negri.[21]

C. Hisyam II

Dalam periode selanjutnya kedudukan kekhalifah pada masa Hisyam II, tidak banyak catatan mengenai perkembangan di Andalusia. Pada masa tersebut tercatat; Hisyam yang baru berumur sebelas tahun, karena usianya yang terlalu belia, ibunya yang bernama sulthonah subh dan seorang yang bernama Muhammad Ibn Abi Amir mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Ibn Abi Amir adalah seorang yang ambisius. Setelah berhasil merebut jabatan berhasil merebut jabatan perdana mentri, ia menggelari namanya Hajib al-Manshur.

III. Penutup

Akhirnya, masa keemasan bani Ummayah di Andalusia. dapat menjadi sebuah referensi dan perlu di garis bawahi bahwa setiap kekhalifahan dapat di ambil kesimpuan; setiap kekhalifahan memmpunyai tantangan sendiri-sendiri hal ini ada banyak faktor yang melatarbelakangi masing-masing kekhalifahan di Andalusia.

Kekurangan dari makalah ini :
- Cakupan masih di gambarkan secara umum.
- Perdebatan dan perlawanan politik luar negri dan dalam negri masih belum di sebutkan.
- Belum di hadirkan Interkoneksi dengan wilayah-wilayah lain, septi wilayah Afrika, Syiria Iran Persia, Cicilia, dan Byzantium,
- Belum adanya dalam catatan diatas tentang Sunni dan Syi’ah (termasuk peperangan dan perpecahan diantara mereka)
- Pengaruh-pengaruh yang melatar belakangi di setiap kejadian..

[1] Ada perbedaan pendapat dalam buku: K Hitti. Philip, History Of The Arabs,(Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005), hal. 627 tercatat: ada yang menyatakan pengintaian pertama di lakukan pada bulan Juli 710 ketika Thaif, dengan; Yatim. Badri, Sejarah Peradaban Islam, “dirasah islamiyah II” (Yogyakarta cet. ke-16. PT Raja Grafindo Persada. 2004) hal.87.

[2] Baca;bandingkan; Sebab pertama perpecahan antara Gotik (VisiGotich) barat yang mamasuki sepanyol, serta pertentangan-pertentangan yang terjadi antara Orang-orang Gotik dan kaum Teutonik barbar dan penduduk Romawi Spanyol, pertikaian politik diantara keluarga kerajaan dan bangsawan dan sejumlah perselisihan internal. lihat & baca ; Hitti. History Of The Arabs, hal. 633-634. bandingkan; Yatim. Badri, Sejarah Peradaban Islam, “dirasah islamiyah II” (Yogyakarta cet. ke-16. PT Raja Grafindo Persada. 2004) hal.89 serta; Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagibagi kedalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, palagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal. Thomas W. Arnold, 1983, Sejarah Da’wah Islam, Wijaya, Jakarta, hlm. 118.

[3] ; Yatim. Badri, Sejarah Peradaban Islam, “dirasah islamiyah II”(Yogyakarta cet. ke-16. PT Raja Grafindo Persada. 2004) hal. 93

[4] K Hitti. Philip, History Of The Arabs, (Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005), hal. 97

[5] K Hitti. Philip, History Of The Arabs, (Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005),hal.648

[6] Ibid,.-, hal.661

[7] catatan di atas terdapat sebagian di bukunya : Siti Maryam dkk. Sejarah Peradaban Islam, hal.81 dan K.Ali sejarah Islam “Tarikh Pramodern” Sri Guning,2000. hlm 302-307) lihat pula Philip K hitti . History Of The Arabs. hal.

[8] [8] K Hitti. Philip, History Of The Arabs, (Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005), hal. 665-666

[9] Ibid,- hal. 657-659

[10] Istana itu di berinama Al-Zahra.

[11] [11] K Hitti. Philip, History Of The Arabs, (Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005), hal. 667

[12] Nama Al-Zahra diambi dari nama seorang istri tentara yang cantik jelita lihat ; Hasjmy A hal. 399

[13] [13] K Hitti. Philip, History Of The Arabs, (Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005), hal. 339.

[14] Adapun sebabnya maka ‘Abd al-Rahman mendirika kota baru seperti yang di terangkan oleh ahli sejarah Maqarri (nama aslinya Ahmad, 1591-1631 M) dalam kitabnya “Nafh Ath-Thaiyibmin Ghusnil Andalusil Rathib” (angina sepoi dari ranting Andalusia permai)bahwa saru detasmen tentaranya musnah dan meninggalkan harta yang sangat banyak sekiali. Lihat Hasjmy A halaman. 339.

[15] Baca dan lihat : Hasjmy A, Sejarah Kebudayaan Islam, halaman. 339. serta bandingkan denga Philip K Hitti halaman 667.

[16] Di kutip oleh [16] K Hitti. Philip, History Of The Arabs, (Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005), hal 668 dari buku Ibn Idzari, jilid ii hal. 143 dan Ibn Hawqal, hal 77.

[17] Lihat dan baca; Ali. K, Sejarah Islam “Tarikh Pramodern” (Yogyakarta cet. ke-3. PT Raja Grafindo Persada. 2000) hal 310

[18] Bandingkan Ibid,- hal. 311dan Hitti halaman 675

[19] Baca Philip K Hitti History Of The Arabs,halaman. 670-672.

[20] K Hitti. Philip, History Of The Arabs, (Jakarta cet. Ke-2 PT Serambi Ilmu Semesta 2005), hal 671

[21] Baca ;Bandingkan Ali. K, Sejarah Islam “Tarikh Pramodern”(Yogyakarta cet. ke-3. PT Raja Grafindo Persada. 2000) hal .241 Hitti History of The Arabs, halaman 671-675.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar